=========Tinggi 80 Cm========
Kode = LBSBT
Tinggi +/- 80 Cm
Harga Rp. 250.000; / 1 set
========Tinggi 100 Cm=========
Kode = LBTB
Tinggi +/- 100 Cm
Harga Rp. 300.000; / 1 set
Terdiri dari
-Manten Pria
-Manten Wanita
Untuk Warna Batik, tersedia berbagai warna , yaitu :
-Warna Bata (Merah)
- Warna Hijau
- Warna Ungu
Loro Blonyo, dalam Bahasa Jawa yang berarti,”Loro adalah dua”, dan “Blonyo adalah dirias atau didandani melalui proses pemandian”. Menurut sejarah, Patung atau Boneka Loro Blonyo ini telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung pada tahun 1476.
Seiring berkembangnya waktu, Patung Loro Blonyo ini dimodifikasi supaya terkesan universal dan diterima oleh seluruh masyarakat. Boneka atau Patung Loro Blonyo dibuat menjadi sepasang pengantin. Pada zaman dahulu, Loro Blonyo ini hanya dimiliki oleh orang-orang priyayi saja karena kepemilikan Patung Loro Blonyo ini berkaitan dengan kultur dan budaya masyarakat jawa. Orang-orang priyayi ini meletakkan patung tersebut di sebuah ruangan khusus atau ditaruh di sentong (ruang tengah rumah) yang dianggap merupakan ruangan pribadi suami dan istri.
Kode = LBSBT
Tinggi +/- 80 Cm
Harga Rp. 250.000; / 1 set
========Tinggi 100 Cm=========
Kode = LBTB
Tinggi +/- 100 Cm
Harga Rp. 300.000; / 1 set
Terdiri dari
-Manten Pria
-Manten Wanita
Untuk Warna Batik, tersedia berbagai warna , yaitu :
-Warna Bata (Merah)
- Warna Hijau
- Warna Ungu
Loro Blonyo, dalam Bahasa Jawa yang berarti,”Loro adalah dua”, dan “Blonyo adalah dirias atau didandani melalui proses pemandian”. Menurut sejarah, Patung atau Boneka Loro Blonyo ini telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung pada tahun 1476.
Seiring berkembangnya waktu, Patung Loro Blonyo ini dimodifikasi supaya terkesan universal dan diterima oleh seluruh masyarakat. Boneka atau Patung Loro Blonyo dibuat menjadi sepasang pengantin. Pada zaman dahulu, Loro Blonyo ini hanya dimiliki oleh orang-orang priyayi saja karena kepemilikan Patung Loro Blonyo ini berkaitan dengan kultur dan budaya masyarakat jawa. Orang-orang priyayi ini meletakkan patung tersebut di sebuah ruangan khusus atau ditaruh di sentong (ruang tengah rumah) yang dianggap merupakan ruangan pribadi suami dan istri.